Rabu, 28 Januari 2015

MAMAH DAN PELIPUR LARANYA - Project Nulis Bareng Ibu



MAMAH DAN PELIPUR LARANYA

“Dek tolong disimpen aja . Mamah belum kuat, mamah kirim do’a aja ya dari rumah”
“Iya mah”

Krak, rasanya hatiku retak entah kesekian kalinya. Mamah mengusap pipinya yang basah setelah menyodorkan foto itu padaku. Aku menyesal mengapa meletakkannya sembarang tempat hingga terlihat oleh mamah, karena aku tahu pasti mamah akan teringat dan menangis lagi.  

Foto itu adalah foto dia yang lebih dahulu dipanggil Allah, karena Allah sayang dia. Dia adalah kakak yang paling aku dan adik sayangi. Dia juga anak sulung yang teramat dicintai oleh papah dan mamah. Kami begitu kehilangan dan terus menerus belajar untuk ikhlas atas kepergiannya terutama mamah.

Hampir enam tahun sudah kami ditinggalkan dia, separuh hidup kami. Kesedihan dan kehilangan adalah hal pasti yang dirasakan mamah. Seorang anak yang telah berada kurang lebih sembilan bulan dirahimnya kemudian dilahirkan di dunia, lalu beliau rawat hingga dia beranjak kepala dua, harus dipanggil terlebih dahulu karena Allah sayang, tidak akan ada yang menduga, tidak juga mamah. Umurnya masih belia dan dia harus berpulang. Padahal banyak do’a dan harapan dari mamah untuk masa depan dia, tapi takdir berkata lain, umur manusia tidak ada yang tahu kecuali Allah swt.

Tahun berganti tahun, kami terus menerus belajar ikhlas walaupun tidak mudah, begitu juga mamah. Namun, ada hal lainnya yang patut disyukuri. Aku bersyukur mamah bukanlah ibu rumah tangga, rasa syukur yang aneh memang. Aku bersyukur karena mamah adalah seorang guru, yang akan menghabiskan waktunya di sekolah untuk mendidik murid-muridnya, bertemu dengan teman sejawat, berbincang dengan wali murid, dan banyak hal lainnya yang dapat mengalihkan kesedihannya atas kehilangan dia.

Selain itu, aku juga bersyukur atas munculnya smartphone android. Dulu mamah hanya memiliki handphone polyphonic yang cuma bisa sms dan telepon, karena beliau pikir itu lebih dari cukup. Tapi sekarang, akibat perubahan zaman, teman sejawat mamah di sekolah hampir semuanya memakai smartphone android, karena kata mereka komunikasi jadi semakin lancar, salah satu yang booming di kalangan teman-teman mamah adalah BBM (Blackberry Messenger).

Hari ke hari, mamah semakin akrab dengan BBM dan tidak bisa jauh dengan handphone android-nya. Banyak orang bilang smartphone android tidak bermanfaat dan banyak mudharatnya, tetapi tidak untukku. Karena dengan adanya smartphone android, mamah memiliki ‘kesibukan’ lain yang mungkin akan menyembuhkan kesepiannya.

“Dek, kalau gambar ini pantes ga’ jadi DP BBM mamah”
“Pantes mah”

Atau terkadang

“Dek, cara download lagu ini gimana ya?”
“Gini mah . . . 

Itulah, sederetan pertanyaan yang diajukan mamah tentang segala hal yang berkaitan dengan handphone android-nya. Dan aku, hanya bisa membantu sebisaku jika diperlukan, mengiyakan pernyataan mamah, memberikan pendapat atas pertanyaan mamah, dan mendengarkan segala cerita dari aktivitas mamah dengan handphone android-nya. Mungkin terkesan membosankan, tapi aku menyukainya karena mamah pun menyukainya.

Melalui handphone android-nya, mamah dapat menjalin komunikasi dengan teman-teman lamanya di SMA ataupun saudara jauh yang lama tidak memberi kabar, atau istilahnya mamah bisa silaturahim lewat handphone android-nya. Selain itu, mamah juga bisa mendengarkan lagu lama untuk nostalgia dan tak lupa mamah dapat sering mengaji serta mengerti tentang Al-Qur’an kapanpun dan di manapun dari aplikasi di handphone android-nya.

Bagi orang lain mungkin rutinitas itu hal lumrah, tapi bagiku semua hal itu luar biasa. Karena hal yang sederhana itu membuat mamah bahagia dan tersenyum di tiap harinya. Mungkin ini jawaban atau cara Allah untuk menghibur mamah. Dengan handphone android, mamah bisa menjalin silaturahim yang terputus, mamah bisa mencintai dirinya, dan mamah bisa lebih dekat dengan Allah.

Ya, memang benar jika dikatakan bahwa segala sesuatu pasti ada hikmahNya. Sesuai nasihat mamah, kita sebagai manusia hanya bisa bersyukur dan ikhlas. Lagipula kehidupan di dunia kan hanya sementara, dan akhirat adalah kehidupan kekal yang sebenarnya. Dan insha Allah, kelak kami sekeluarga, papah-mamah-kakak-aku-adek akan dipertemukan kembali di surgaNya. Amin.

"Tulisan ini disertakan dalam kegiatan Nulis Bareng Ibu. Tulisan lainnya dapat diakses di website http://nulisbarengibu.com” 

Selasa, 27 Januari 2015

BISMILLAH, INSHA ALLAH


(foto ini aku ambil dari jendela lantai atas rumah tercinta, awannya cantik. Masha Allah ! )