MAMAH DAN PELIPUR LARANYA
“Dek tolong disimpen aja . Mamah belum kuat, mamah
kirim do’a aja ya dari rumah”
“Iya mah”
Krak, rasanya hatiku retak entah kesekian kalinya. Mamah
mengusap pipinya yang basah setelah menyodorkan foto itu padaku. Aku menyesal mengapa
meletakkannya sembarang tempat hingga terlihat oleh mamah, karena aku tahu
pasti mamah akan teringat dan menangis lagi.
Foto itu adalah foto dia yang lebih dahulu dipanggil
Allah, karena Allah sayang dia. Dia adalah kakak yang paling aku dan adik
sayangi. Dia juga anak sulung yang teramat dicintai oleh papah dan mamah. Kami
begitu kehilangan dan terus menerus belajar untuk ikhlas atas kepergiannya
terutama mamah.
Hampir enam tahun sudah kami ditinggalkan dia, separuh
hidup kami. Kesedihan dan kehilangan adalah hal pasti yang dirasakan mamah.
Seorang anak yang telah berada kurang lebih sembilan bulan dirahimnya kemudian dilahirkan
di dunia, lalu beliau rawat hingga dia beranjak kepala dua, harus dipanggil
terlebih dahulu karena Allah sayang, tidak akan ada yang menduga, tidak juga
mamah. Umurnya masih belia dan dia harus berpulang. Padahal banyak do’a dan
harapan dari mamah untuk masa depan dia, tapi takdir berkata lain, umur manusia
tidak ada yang tahu kecuali Allah swt.
Tahun berganti tahun, kami terus menerus belajar
ikhlas walaupun tidak mudah, begitu juga mamah. Namun, ada hal lainnya yang
patut disyukuri. Aku bersyukur mamah bukanlah ibu rumah tangga, rasa syukur
yang aneh memang. Aku bersyukur karena mamah adalah seorang guru, yang akan
menghabiskan waktunya di sekolah untuk mendidik murid-muridnya, bertemu dengan
teman sejawat, berbincang dengan wali murid, dan banyak hal lainnya yang dapat
mengalihkan kesedihannya atas kehilangan dia.
Selain itu, aku juga bersyukur atas munculnya smartphone android. Dulu mamah hanya
memiliki handphone polyphonic yang cuma bisa sms dan
telepon, karena beliau pikir itu lebih dari cukup. Tapi sekarang, akibat
perubahan zaman, teman sejawat mamah di sekolah hampir semuanya memakai smartphone android, karena kata mereka komunikasi
jadi semakin lancar, salah satu yang booming
di kalangan teman-teman mamah adalah BBM (Blackberry
Messenger).
Hari ke hari, mamah semakin akrab dengan BBM dan
tidak bisa jauh dengan handphone android-nya.
Banyak orang bilang smartphone android
tidak bermanfaat dan banyak mudharatnya, tetapi tidak untukku. Karena dengan
adanya smartphone android, mamah
memiliki ‘kesibukan’ lain yang mungkin akan menyembuhkan kesepiannya.
“Dek, kalau gambar ini pantes ga’ jadi DP BBM mamah”
“Pantes mah”
Atau terkadang
“Dek, cara download
lagu ini gimana ya?”
“Gini mah . . .
“
Itulah, sederetan pertanyaan yang diajukan mamah tentang
segala hal yang berkaitan dengan handphone
android-nya. Dan aku, hanya bisa membantu sebisaku jika diperlukan,
mengiyakan pernyataan mamah, memberikan pendapat atas pertanyaan mamah, dan mendengarkan
segala cerita dari aktivitas mamah dengan handphone
android-nya. Mungkin terkesan membosankan, tapi aku menyukainya karena
mamah pun menyukainya.
Melalui handphone
android-nya, mamah dapat menjalin komunikasi dengan teman-teman lamanya di
SMA ataupun saudara jauh yang lama tidak memberi kabar, atau istilahnya mamah
bisa silaturahim lewat handphone android-nya.
Selain itu, mamah juga bisa mendengarkan lagu lama untuk nostalgia dan tak lupa
mamah dapat sering mengaji serta mengerti tentang Al-Qur’an kapanpun dan di
manapun dari aplikasi di handphone android-nya.
Bagi orang lain mungkin rutinitas itu hal lumrah,
tapi bagiku semua hal itu luar biasa. Karena hal yang sederhana itu membuat
mamah bahagia dan tersenyum di tiap harinya. Mungkin ini jawaban atau cara
Allah untuk menghibur mamah. Dengan handphone
android, mamah bisa menjalin silaturahim yang terputus, mamah bisa
mencintai dirinya, dan mamah bisa lebih dekat dengan Allah.
Ya, memang benar jika dikatakan bahwa segala sesuatu
pasti ada hikmahNya. Sesuai nasihat mamah, kita sebagai manusia hanya bisa
bersyukur dan ikhlas. Lagipula kehidupan di dunia kan hanya sementara, dan
akhirat adalah kehidupan kekal yang sebenarnya. Dan insha Allah, kelak kami
sekeluarga, papah-mamah-kakak-aku-adek akan dipertemukan kembali di surgaNya.
Amin.
"Tulisan ini disertakan
dalam kegiatan Nulis Bareng Ibu. Tulisan lainnya dapat diakses di website http://nulisbarengibu.com”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar