Senin, 30 November 2015

Sekolah S2

masgun
Tulisan : Sekolah (lagi)
Adalah pertanyaan kedua yang paling sering ditanyakan oleh orang tua saya yaitu kapan melanjutkan S2. Meski saya sudah pernah menjelaskan tentang rencana hidup saya, sekolah lagi masih memerlukan proses yang panjang. Saya sangat ingin melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya, tapi tidak sekarang. Ada hal-hal yang ingin saya tuliskan di sini.
  • Pertama
Saya pernah mengalami bagaimana rasanya menjalani sebuah jurusan kuliah yang kiranya kurang sesuai dengan kesukaan saya untuk menjalaninya. Maka dari itu, untuk jurusan di jenjang berikutnya ini saya harus hati-hati. Mengingat saya bukan mahasiswa yang linear, antara pekerjaan dan jurusan. Pun saya ingin mengambil S2 yang sesuai dengan apa yang saya butuhkan, bukan tentang kepopuleran jurusan, apaagi gaya-gayaan.
  • Kedua
Saya sedang mencari tahu, jurusan apa yang memang tepat untuk saya. Untuk itu saya saat ini menenggelamkan diri pada jalan yang sudah saya ambil. Semakin dalam dan semakin memahami bahwa yang saya cari ini memang cukup rumit, saya percaya suatu hari saya akan menemukan ketetapan hati untuk mengambil satu jurusan tertentu. Sambil jalan, saya membangun Langitlangit agar ketika nanti sekolah lagi, Langitlangit sudah bisa berjalan secara otomatis.
  • Ketiga
Sekolah lanjutan untuk orang-orang semacam saya ini, saat ini saya percaya bahwa sekolah itu membuka akses, membuka kesempatan. Seperti halnya dulu ketika SMP, kesempatan yang kita bisa akses tentu berbeda dengan ketika SMA, pun ketika sudah kuliah, kesempatan yang ada jauh lebih luas. Begitu seterusnya. Saya ingin membuka kesempatan-kesempatan baru dengan bersekolah.
  • Keempat
Saya meyakini sekolah itu bukan untuk mencari pekerjaan. Sekolah itu adalah media belajar, bahkan teman-teman yang saat ini tidak sekolah secara formal dan sedang bergelut dengan aktivitasnya masing-masing, mereka sedang sekolah di kehidupannya. Sekolah (dalam hal ini S2) adalah sebuah media untuk membuka kesempatan, untuk menciptakan peluang, dan menemukan sekolah yang baik hari ini itu juga merupakan PR tersendiri.

Saya tidak mau sekolah hanya untuk mendapatkan nilai tanpa mendapatkan pemahaman baru. Saya tidak mau sekolah hanya untuk mengisi waktu karena bingung mau ngapain. Saya percaya sekolah itu adalah wahana untuk menciptakan kesempatan, menciptakan kesibukan, dan menciptakan kebaikan.

Suatu hari, insyaAllah saya akan melanjutkan sekolah itu lagi. Duduk di dalam kelas, sibuk dengan tugas, berdiskusi, bangun pagi untuk segera pergi ke sekolah, dan pusing oleh Tesis. Saya ingin menyambut hari itu dengan bahagia dengan menumbuhkan rasa cinta pada sekolah yang ingin saya jalani, pada jurusan yang benar-benar saya butuhkan, pada tempat yang benar-benar memberikan ruang untuk belajar.
Suatu hari, insyaAllah.
Yogyakarta. 30 November 2015 | ©kurniawangunadi

Baru aja kemarin ngobrol bareng temen buat lanjut kuliah.
Kuliah S2 dan diusahakan linier, menggunakan uang sendiri (salah satunya dengan jalan beasiswa). Mohon do'anya. Semoga terwujud dan ilmunya berkah serta bermanfaat.
InsyaAllah. Aamiin.

Rabu, 25 November 2015

PULANG

Maaf untuk kesekian kalinya hanya mampu untuk repost, saya menyukai pemikiran mereka.
Sebab saya ingin mengabadikan dan kelak bisa membaca ulang untuk mengingatkan diri ini.
Sebab saya tidak ingin mencuri pemikiran mereka, tulisan mereka, karena memang tidak pernah akan bisa.
Sebab pemikiran, tulisan dan segalanya mempunyai pemiliknya sendiri.
Dan ini repost untuk tulisan PULANG, dan aku sepemikiran akan hal ini.
Saya tipe manusia yang lebih milih menabung buat bisa pulang ke rumah. Daripada menabung buat liburan travelling lalalala. Karena saya tahu, orang tua saya nggak akan hidup lebih lama daripada pantai, menara Eiffel, tembok Cina, Universal Studio, dan Disneyland. Maaf, saya memang nggak asik.Ayu Dyah Permatasari

Rabu, 11 November 2015

NASIHAT PERNIKAHAN (LAGI) #repost

tiba-tiba saya jadi lebih rajin merawat diri. tiba-tiba saya jadi lebih memerhatikan apa yang saya makan. tiba-tiba saya jadi lebih hati-hati mengatur waktu. tiba-tiba saya jadi lebih apik mengelola uang. tiba-tiba saya jadi lebih pemilih dalam membaca buku. tiba-tiba saya senang memerhatikan lekti masak–sambil menghapalkan resep-resep gampang.

ada banyak sekali yang tiba-tiba berubah dari saya setelah dilamar mas yunus. ada semangat yang begitu besar, entah dari mana, semangat ingin menjadi sebaik-baiknya diri sendiri.
pagi itu selepas shubuh, saya menyimak baik-baik materi tentang keluarga hebat dari pak ustad–tuh kan, tiba-tiba saya lebih semangat mengikuti kajian. hehe.
“ini penting sekali disadari oleh para suami, para istri, para orangtua, apalagi orang-orang yang mau menikah.
fisik manusia hanyalah sebagian kecil dari manusia. selain karena fisiknya, manusia menjadi makhluk paling sempurna karena lisannya, pikirannya, perasaannya, hatinya. setiap bagian manusia ini memiliki kebutuhan, yang harus dipenuhi apalagi oleh kepala rumah tangga.
pangan, sandang, papan, itu hanyalah pemenuh kebutuhan fisik. kebutuhan lisan adalah kata-kata yang baik, didengarkan dan mendengarkan dengan baik. kebutuhan pikiran adalah informasi dan ilmu pengetahuan, pendidikan yang baik. kebutuhan perasaan adalah kasih sayang, perhatian, penerimaan, penghargaan. kebutuhan hati adalah ibadah dan nasihat agama.
yang mau menikah, bapak-ibu, sampaikan ini kepada anak-anak bapak-ibu. sudahkah kalian siap memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu? untuk diri sendiri paling tidak? sudah siap memenuhi kebutuhan itu untuk istrinya? untuk suaminya? untuk anak-anaknya kelak?
umur 1-3 tahun adalah golden age untuk perkembangan fisik. umur 3-5 tahun adalah golden age untuk perkembangan lisan. umur 5-7 tahun adalah golden age untuk perkembangan pikiran. umur 7-13 tahun adalah golden age untuk perkembangan perasaan. umur 13-17 tahun adalah golden age untuk perkembangan hati.
sayangnya, kebanyakan orang tua hanya memerhatikan perkembangan fisik dan pikiran. padahal runutan itu seperti piramida, semakin ke bawah, semakin besar bagiannya dalam menentukan kesuksesan anak-anak kita.
sudahkah anak-anak bapak ibu yang akan menikah memahami ini?”
saya merinding mendengarnya, lalu beralih menatap adik saya di sebelah–dengan pandangan yang sudah sama-sama kami pahami apa artinya.
“tuh kan. mbak kayaknya belum siap nikah dek,” bisik saya.
“mbak, aku sedih kalau ditinggal mbak uti. setahun ke Belanda aja sedih banget. apalagi menikah. selamanya.”
“iya ya dek. temen mbak juga ada yang pas akad nikah, adiknya nangis kejer. sedih bakalan ditinggal kakaknya. tapi mbak kan nggak ke mana-mana.”
“habis mbak akad nikah, aku mau bilang sama mas yunus.”
“bilang apa?”
“mas yunus beruntung banget dapet istri mbak. aku aja beruntung banget dapet kakak mbak.”
“wk,” sebenernya tersentuh digituin. tapi malu ah.
“iya. mbak usaha banget untuk jadi yang terbaik buat mas yunus. mbak berubah banyak banget.”
“hmm…”
“mas yunus beruntung. punya calon istri yang berjuang demi calon suaminya. sangat sayang calon suaminya. sangat menghormati calon suaminya.”
“HUAAAAAAAAA.”
mas yunus sebetulnya nggak perlu tau sih. di sana juga, pasti mas yunus begitu berjuang karena saya. tapi memang iya, saya tiba-tiba lebih ini itu karena mas yunus. kekuatan cinta memang luar biasa. haha.
semoga cinta selalu ada.
dalam hati kita~