Rabu, 11 November 2015

NASIHAT PERNIKAHAN (LAGI) #repost

tiba-tiba saya jadi lebih rajin merawat diri. tiba-tiba saya jadi lebih memerhatikan apa yang saya makan. tiba-tiba saya jadi lebih hati-hati mengatur waktu. tiba-tiba saya jadi lebih apik mengelola uang. tiba-tiba saya jadi lebih pemilih dalam membaca buku. tiba-tiba saya senang memerhatikan lekti masak–sambil menghapalkan resep-resep gampang.

ada banyak sekali yang tiba-tiba berubah dari saya setelah dilamar mas yunus. ada semangat yang begitu besar, entah dari mana, semangat ingin menjadi sebaik-baiknya diri sendiri.
pagi itu selepas shubuh, saya menyimak baik-baik materi tentang keluarga hebat dari pak ustad–tuh kan, tiba-tiba saya lebih semangat mengikuti kajian. hehe.
“ini penting sekali disadari oleh para suami, para istri, para orangtua, apalagi orang-orang yang mau menikah.
fisik manusia hanyalah sebagian kecil dari manusia. selain karena fisiknya, manusia menjadi makhluk paling sempurna karena lisannya, pikirannya, perasaannya, hatinya. setiap bagian manusia ini memiliki kebutuhan, yang harus dipenuhi apalagi oleh kepala rumah tangga.
pangan, sandang, papan, itu hanyalah pemenuh kebutuhan fisik. kebutuhan lisan adalah kata-kata yang baik, didengarkan dan mendengarkan dengan baik. kebutuhan pikiran adalah informasi dan ilmu pengetahuan, pendidikan yang baik. kebutuhan perasaan adalah kasih sayang, perhatian, penerimaan, penghargaan. kebutuhan hati adalah ibadah dan nasihat agama.
yang mau menikah, bapak-ibu, sampaikan ini kepada anak-anak bapak-ibu. sudahkah kalian siap memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu? untuk diri sendiri paling tidak? sudah siap memenuhi kebutuhan itu untuk istrinya? untuk suaminya? untuk anak-anaknya kelak?
umur 1-3 tahun adalah golden age untuk perkembangan fisik. umur 3-5 tahun adalah golden age untuk perkembangan lisan. umur 5-7 tahun adalah golden age untuk perkembangan pikiran. umur 7-13 tahun adalah golden age untuk perkembangan perasaan. umur 13-17 tahun adalah golden age untuk perkembangan hati.
sayangnya, kebanyakan orang tua hanya memerhatikan perkembangan fisik dan pikiran. padahal runutan itu seperti piramida, semakin ke bawah, semakin besar bagiannya dalam menentukan kesuksesan anak-anak kita.
sudahkah anak-anak bapak ibu yang akan menikah memahami ini?”
saya merinding mendengarnya, lalu beralih menatap adik saya di sebelah–dengan pandangan yang sudah sama-sama kami pahami apa artinya.
“tuh kan. mbak kayaknya belum siap nikah dek,” bisik saya.
“mbak, aku sedih kalau ditinggal mbak uti. setahun ke Belanda aja sedih banget. apalagi menikah. selamanya.”
“iya ya dek. temen mbak juga ada yang pas akad nikah, adiknya nangis kejer. sedih bakalan ditinggal kakaknya. tapi mbak kan nggak ke mana-mana.”
“habis mbak akad nikah, aku mau bilang sama mas yunus.”
“bilang apa?”
“mas yunus beruntung banget dapet istri mbak. aku aja beruntung banget dapet kakak mbak.”
“wk,” sebenernya tersentuh digituin. tapi malu ah.
“iya. mbak usaha banget untuk jadi yang terbaik buat mas yunus. mbak berubah banyak banget.”
“hmm…”
“mas yunus beruntung. punya calon istri yang berjuang demi calon suaminya. sangat sayang calon suaminya. sangat menghormati calon suaminya.”
“HUAAAAAAAAA.”
mas yunus sebetulnya nggak perlu tau sih. di sana juga, pasti mas yunus begitu berjuang karena saya. tapi memang iya, saya tiba-tiba lebih ini itu karena mas yunus. kekuatan cinta memang luar biasa. haha.
semoga cinta selalu ada.
dalam hati kita~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar