“Kenapa
sih, gue ga nikah-nikah? Padahal, menurut gue, gue udah mempersiapkan diri gue
lebih banyak ketimbang temen gue yang baru nikah itu?“
Ini adalah pertanyaan klasik yang akhir-akhir ini sering
gue denger dan ntah kenapa orang-orang ini nanya pertanyaan ini ke gue juga.
Jujur, awalnya gue sempet beberapa kali nanya pertanyaan itu ke diri gue
sendiri. “Kenapa ya, kok dia udah nikah?
Kenapa ya, kok gue belom? Gue kurangnya di mana, kok Allah masih merahasiakan
keberadaan si pangeran sampe sekarang?“
Gue yakin sih, pertanyaan kayak gitu pasti udah sering
banget keluar dari orang-orang yang merasa sudah siap menikah, tapi jodohnya
masih belum dikasih sama Allah. Gue yakin, pertanyaan kayak gitu bukannya bikin
kalian tambah tenang, malah bikin tambah stress. Dan gue yakin juga, ga ada
satupun orang yang bisa menjawab pertanyaan itu dengan jawaban yang jelas.
Semua orang yang ditanya, pasti jawabannya serba mungkin, “Ya mungkin kamu…“
Makanya, makin kesini gue makin sadar kalau pertanyaan
kayak gitu tuh gausah ditanyain lagi, karena ga akan pernah ada habisnya. Hal
kayak begini itu udah bener-bener jadi rahasia Allah yang ga akan pernah ketemu
jawabannya walaupun kita berusaha nanya-nanya ke orang atau bolak balik nanya
ke Allah setiap habis shalat.
Kan ga mungkin tiba-tiba lagi doa gitu, tau-tau ada suara
datang memberi jawaban, “Iya Dhira,
jodohmu datang besok pagi.“ Horor bengjet keles. Yang ada malah kalang
kabut, kalau tiba-tiba denger suara-suara kayak gitu haha.
Sekarang, gue lebih milih fokus nanya, “Bagaimana ya caranya supaya akhirnya Allah
melihat gue siap menikah dan pada akhirnya sang pangeran sejatipun muncul?“
Formulasi pertanyaannya sekarang ‘Bagaimana‘. Berhenti nanya, ‘Kenapa…kenapa..dan
kenapa…‘ Buang-buang waktu, kawan. Ga akan ada jawabannya juga. Iya, kan?
Percaya deh, ‘Jodoh
kita pasti datang tepat waktu dan Allah pasti punya alasan kenapa belum
memberikan jodoh kita sekarang.‘ Mungkin salah satu cara, supaya kita bisa
tahu apa yang harus diperbaiki dalam diri kita, dengan melihat sekeliling kita.
Bisa jadi, hal-hal besar mengenai pernikahan kita sudah menguasai, tetapi
justru hal-hal paling kecil kita belum bisa atau belum terbiasa melakukannya.
Contoh :
Bisa jadi pasanganmu nanti itu seneng ngundang tamu ke
rumah.
Tapi, sampai sekarang mungkin kamu belum bisa memuliakan tamu. Kenapa?
Karena menurutmu hal yang bikin sebel kalau ada tamu datang ke rumah,
ketenanganmu jadi terganggu. Jadi harus repot-repot pake kerudung misalnya.
Jadi harus nyuguhin minum atau nyiapin makanan buat sang tamu misalnya. Jadi
harus ngeluangin waktu buat ngobrol sama tamu, padahal kamu lebih suka diem di
kamar dibandingkan keluar kamar misalnya. Jangankan tamu sendiri, tamu orang
tuamu yang dateng aja kamu cuekin. Ibumu sibuk nyiapin suguhan untuk tamu, buat
minum, sampe bingung nyuguhin makanan karena ternyata hari itu ga masak
apa-apa. Akhirnya ibumu sibuk keliling komplek untuk cari tempat jualan makanan
yang buka hari itu, kamunya ga terusik. Asik aja sendiri di kamar. Tamu dateng bukannya salim,
malah sibuk ngeloyor aja. Bikin malu orang tuamu misalnya. Coba itu, mau jadi
istri kayak gitu? Nanti kamu mau menyambut setiap tamu dari suamimu gimana
caranya coba? Yang kayak gitu kan, ga bisa langsung ‘CLING‘ terbiasa.
Hayo, coba bayangin kalau kamu nikah sekarang? JGERR
Tralalala, puyeng udah. Apalagi kalau tamu suamimu dateng tiap hari dan kamu
posisinya belum punya pembantu. Nahloh, mau apa hayo? Mau diem aja di kamar?
Makanya mungkin kata Allah, kamu harus belajar memuliakan
tamu dulu sekarang. Karena bisa jadi, hanya karena masalah ini yang bikin kamu
dan suamimu bertengkar hebat di kemudian hari. Iya kan? Bisa jadi hayoh. Hal
ini sepele loh, tapi kamu udah bisa belom?
Atau bisa jadi, ternyata kamu itu sekarang ga ‘care‘
orangnya. Orang tua masih lengkap, punya saudara kandung juga, tapi kamu sibuk
sendiri. Merasa orang tersibuk sejagad. Jarang punya quality
time sama keluarga. Bisa diitung jari, kapan terakhir kali kamu ngobrol sama
keluargamu. Sampai ga menyadari bahwa orang tuamu itu semakin lama semakin tua,
sudah banyak lupanya. Mereka butuh perhatian lebih darimu. Sekedar untuk
ngobrol sebentar, sekedar ingin untuk dibuatkan kopi di pagi hari, sekedar
ingin dipeluk dan dicium sebentar olehmu. Tapi kamu ga peduli, kamu sibuk
sendiri. Merasa kamu sudah besar, malu memeluk atau mencium orang tuamu
sendiri. Hei, kamu itu anaknya. Peluk dan cium itu berlaku sepanjang usia, loh.
Mumpung orang tuamu masih ada, masih bisa melakukan itu semua. Coba kalau sudah
tidak ada, mau mencium tanah di kuburan mereka? Apa enaknya?
Buat jejak kehadiran orang tuamu di dalam ingatanmu. Sehingga
ketika mereka dipanggil Allah, kamu masih ingat bagaimana rasanya hangatnya
pelukan orang tuamu, bagaimana lembutnya kedua pipi orang tuamu ketika kamu
menciumnya, bagaimana asiknya mendengar tawa renyah orang tuamu ketika kamu
bercerita tentang kejadian lucu di hari itu…
Kamu juga ternyata punya saudara kandung yang sekarang
sudah semakin besar. Bahkan kamu ga tahu mereka sekarang kelas berapa, umurnya
berapa. Kamu ga tahu bahwa sebenarnya adik atau kakakmu menunggumu pulang
setiap hari hanya untuk curhat masalah pekerjaannya atau sang adik ingin minta
perlindungan kepadamu bahwa sebenarnya tiap hari dia di bully di sekolahnya,
tapi takut untuk mengadu ke ayah dan ibumu. Hanya kamu tempat adikmu menaruh
harapan untuk cerita, tapi kamu tidak pernah ada waktu. Handphone sudah menjadi
temanmu, pekerjaan lebih kamu sayang ketimbang keluargamu sendiri.
Mungkin, alasan kenapa Allah belum mengizinkan kamu
menikah adalah Allah ingin kamu lebih menyayangi dulu keluargamu. Memberikanmu
waktu luang untuk habis-habisan mecurahkan kasih sayang yang kamu punya ke
keluargamu. Memijat orang tuamu ketika mereka lelah karena sudah terlalu tua,
meluangkan waktu untuk mendengarkan keluh kesah saudara-saudara kandungmu,
menyisihkan sedikit waktu diantara waktu sibukmu untuk jalan-jalan bersama keluargamu.
Karena bisa jadi, suamimu nanti akan membawamu pergi jauh tinggal di luar pulau
atau bahkan ke luar negeri dalam jangka waktu yang sangat lama, sehingga akan
bertambah sulit untukmu bertemu dengan keluargamu. Sekarang, mumpung waktunya
masih ada…pergunakan coba :)
Karena banyak alasan tersembunyi kenapa Allah belum
memberikan jodoh kita sekarang. Tapi bisa jadi clue yang Allah berikan muncul,
ketika kita mencoba melihat kesekeliling dan melihat ke dalam diri kita
sendiri. Mungkin ikhtiar kita kurang kuat untuk menikah. Mungkin level pasangan
kita sebenarnya ada di atas kita, sehingga kita harus berusaha keras
memantaskan diri supaya levelnya bisa sejajar dengan pasangan kita nanti.
Mungkin selama ini cara kita berhubungan dengan lawan jenis itu salah. Bagaimanapun
usaha kita, kalau cara yang dipakai tidak sesuai dengan aturan dari Allah, maka
bisa jadi Allah ga ridha. Jadi wajar kalau ujung-ujungnya ga berakhir di pelaminan.
Coba direnungkan lagi apa yang salah dalam diri kita.
Kalau perlu tanya ke orang-orang terdekat kita, apa yang harus diperbaiki dalam
diri supaya menjadi semakin dekat dengan Allah. Karena ketika ingin menikah,
yang dirayu itu bukan sang calon pasangan, tapi Allah yang mesti dirayu, Allah
yang mesti di deketin :)
Tugas kita sekarang fokus beneran deh, memperbaiki diri
karena Allah. Ga ada jawaban lain kayaknya. Berhenti nanya-nanya, “Kenapa gue
belom nikah?” Karena ujung-ujungnya hati kita bisa penuh berisi rasa iri
terhadap orang lain ketimbang membuat diri kita sendiri menjadi lebih baik.
Terus bisa jadi Allah itu sebenernya kangen berat sama
kamu. Allah pengen denger kamu meminta kepada-Nya, kriteria pasangan hidup
seperti apa yang sebenarnya kamu mau. Bisa jadi selama ini kamu cuma sibuk
pengen aja, tapi ga pernah berdoa sama Allah untuk dipilihkan kriteria pasangan
hidup yang kamu inginkan. Memang, Allah selalu tahu segalanya tentang keinginan
hamba-Nya tanpa harus berdoa. Tetapi ingat ya, ketika ingin sesuatu itu ada
etikanya. Berdoa salah satu caranya. Allah senang ketika
hamba-Nya meminta. Allah senang ketika kamu mendekat dan bercerita mengenai
setumpuk keluh kesahmu.
Allah
ada untuk kita, Allah ada untuk hamba-Nya. Memperbaiki diri kita, meminta,
mendekat kepada-Nya adalah cara untuk kita dalam berikhtiar mendapatkan jodoh
yang selama ini kita harapkan kedatangannya. Karena Allah ingin Ia selalu
dilibatkan dalam setiap gundah gulananya kita. Karena Allah ingin selalu
mendengar kita meminta :).
Allah
yang
mengatur semuanya, Allah pula yang memberikan skenario cinta kepada
masing-masing hamba-Nya dengan alur cerita yang berbeda. Jodoh kita
pasti datang tepat pada waktunya dan bisa jadi datang dari arah yang
tidak disangka-sangka sebelumnya :)
Bogor,
16 April 2015
Hati kita milik Allah, hati
pasangan hidup masa depan kitapun milik-Nya.
Semoga masing-masing dari kita
dipertemukan dengan jodohnya dengan jalan yang luar biasa indah dari-Nya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar