Selasa, 21 Juni 2016

Embara bulan Ramadhan 1437 H #10 : QS. An-Naml (Semut)

Surah An-Naml (Semut): Surah ke-27. 93 ayat. Makkiyah
Terjemah Surah An-Naml Ayat 15-19
Ayat 15-19: Kisah Nabi Dawud ‘alaihis salam dan Nabi Sulaiman ‘alaihis salam, nikmat Allah kepada keduanya dengan ilmu yang merupakan jalan penambah keimanan.

15. Dan sungguh, Kami telah memberikan ilmu[1] kepada Dawud dan Sulaiman; dan keduanya berkata[2], "Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari banyak hamba-hamba-Nya yang beriman.”

16. Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud[3], dan dia (Sulaiman) berkata[4], "Wahai manusia! Kami telah diajari bahasa burung[5] dan kami diberi segala sesuatu[6]. Sungguh, (semua) ini[7] benar-benar karunia yang nyata.”

17. Dan untuk Sulaiman dikumpulkan bala tentaranya dari jin, manusia dan burung[8] lalu mereka berbaris dengan tertib[9].

18. Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut[10], “Wahai semut-semut! masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.”

19. Maka dia (Sulaiman) tertawa senyum karena (mendengar) perkataan semut itu[11]. Dan dia berdoa[12], "Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham[13] untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku[14] dan agar aku mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai[15]; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh[16].”
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tafsir Surah An-Naml Ayat 15-19
[1] Yakni ilmu yang banyak berdasarkan bentuk nakirah (umum) pada lafaz “ ‘ilmaa ”, seperti ilmu qadha’ (cara menyelesaikan masalah dengan tepat), dan lain-lain.

[2] Sebagai tanda syukurnya kepada Allah atas nikmat yang besar itu. Keduanya memuji Allah karena menjadikan mereka berdua sebagai orang-orang mukmin, orang-orang yang berbahagia dan termasuk orang-orang yang diistimewakan.

Perlu diketahui, bahwa kaum mukmin ada empat tingkatan:

- Orang-orang saleh,

- Para syuhada’

- Para shiddiqin

- Para nabi dan rasul

Adapun Dawud dan Sulaiman termasuk rasul-rasul pilihan, meskipun derajat mereka di bawah para rasul ulul ‘azmi, akan tetapi mereka berdua termasuk rasul-rasul yang mulia yang Allah tinggikan nama mereka dan Allah puji mereka dengan pujian yang besar. Mereka memuji Allah karena mencapai derajat yang tinggi tersebut, dan ini merupakan tanda kebahagiaan seorang hamba, yaitu bersyukur kepada Allah atas nikmat agama dan dunia yang diperoleh dan melihat bahwa semua nikmat itu berasal dari Tuhannya, sehingga dia tidak sombong dan ujub dengannya, bahkan dia melihat bahwa nikmat itu berhak disyukuri. Ketika kedua nabi itu dipuji Allah secara bersamaan, maka Allah mengkhususkan Nabi Sulaiman dengan keistimewaannya, yaitu diberi Allah kerajaan yang besar dan terjadi padanya beberapa kejadian yang tidak dialami bapaknya.

[3] Maksudnya, Nabi Sulaiman menggantikan kenabian dan kerajaan Nabi Dawud ‘alaihis salam serta mewarisi ilmu pengetahuannya di samping ilmu yang ada pada Sulaiman, dan kitab Zabur yang diturunkan kepadanya.

[4] Sebagai rasa syukur kepada Allah, bergembira atas ihsan-Nya dan menyebut-nyebut nikmat-Nya.

[5] Yakni memahami suara-suaranya, sebagaimana Beliau berbicara kepada burung Hud-hud dan burung Hud-hud berbicara dengannya, dan sebagaimana Beliau memahami ucapan semut seperti yang akan disebutkan. Hal ini tidak diberikan kepada seorang pun selain kepada Nabi Sulaiman ‘alaihis salam.

[6] Yakni Allah memberi kami berbagai kenikmatan, sebab-sebab berkuasa, kekuasaan, dan kenikmatan yang tidak diberikan-Nya kepada seorang pun manusia. Nabi Sulaiman pernah berdoa kepada Allah, “Yaa Rabbi, berikanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun setelahku.” (lihat surah Shaad: 35), maka Allah menundukkan angin untuk Beliau, demikian pula setan-setan; yang bekerja sesuai keinginan Beliau.

[7] Yang diberikan Allah, dilebihkan-Nya dan diistimewakan-Nya kepada kami ini. Beliau mengakui dengan sungguh-sungguh nikmat Allah tersebut.

[8] Dalam perjalanannya.

[9] Mereka diatur dan dirapikan sedemikian rapi baik ketika berjalan maupun berhenti. Semua tentaranya mengikuti perintahnya dan tidak sanggup mendurhakainya serta tidak berani membangkang. Beliau berjalan dengan bala tentaranya yang banyak dan rapih dalam sebagian safarnya.

[10] Ketika melihat bala tentara Nabi Sulaiman ‘alaihis salam. Semut tersebut menasihati semut yang lain, bisa dirinya langsung (seekor semut) dengan suara yang terdengar oleh semua semut, yakni Allah telah memberikan kepada semut-semut pendengaran di luar kebiasaan, di mana peringatan dari satu semut terdengar oleh semut-semut yang lain yang telah memenuhi sebuah lembah. Hal ini termasuk hal yang sangat ajaib. Bisa juga semut tersebut memberitahukan kepada semut-semut yang ada di sekelilingnya, lalu berita itu disampaikan di antara mereka sehingga sampai kepada semuanya. Semut tersebut mengetahui keadaan Sulaiman dan bala tentaranya serta besarnya kerajaannya, dan ia memberi uzur kepada kawan-kawannya, bahwa jika mereka (Sulaiman dan bala tentaranya) menginjak, maka yang demikian dilakukan tanpa disengaja, lalu Nabi Sulaiman mendengarkan ucapannya dan memahaminya.

[11] Karena kagum terhadapnya dan terhadap nasehatnya. Seperti inilah keadaan para nabi ‘alaihimush shalaatu was salaam, mereka memiliki adab yang sempurna dan kagum pada tempatnya, dan tertawa mereka pun hanya senyuman, sebagaimana Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang sebagian besar tertawanya adalah senyum. Hal itu, karena tertawa terbahak-bahak menunjukkan lemahnya akal dan kurang adab, dan jika tidak tersenyum sama sekali dan tidak kagum terhadap hal tersebut menunjukkan akhlaknya yang buruk dan keras, sedangkan para rasul bersih dari semua itu. Ada yang berpendapat, bahwa Beliau mendengar suara semut dari jarak tiga mil yang dibawa oleh angin, maka Beliau menahan bala tentaranya ketika telah dekat ke lembah semut, hingga semua semut masuk ke rumahnya. Ketika itu bala tentara Nabi Sulaiman ada yang berkendaraan dan ada yang berjalan kaki.

[12] Sebagai rasa syukur kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang telah mengantarkan Beliau kepada kedudukan tersebut.

[13] Yakni berilah taufiq.

[14] Baik nikmat agama maupun dunia.

[15] Yaitu amal yang sesuai perintah Allah dengan ikhlas menjalankannya, selamat dari hal yang membatalkan pahalanya dan yang menguranginya.

[16] Yaitu para nabi dan para wali. Inilah potret Beliau yang disebutkan Allah ketika Beliau mendengar suara semut dan panggilannya. Selanjutnya, Allah menyebutkan potret Beliau ketika berbicara dengan burung.

(sumber: http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-naml-ayat-15-28.html)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar