Jumat, 10 Juni 2016

Embara bulan Ramadhan 1437 H #3 : QS. Thaha - bagian dua

 Surah Thaha: Surah ke-20. 135 ayat. Makkiyyah

Ayat 56-69: Dialog antara Nabi Musa ‘alaihis salam dengan Fir’aun, dan bagaimana Fir’aun bersikap sombong serta bersandar dengan kekuatannya.

Terjemah Surat Thaha Ayat 56-69
56. Dan sungguh, Kami telah memperlihatkan kepadanya (Fir'aun) tanda-tanda (kekuasaan) Kami semuanya[1], ternyata dia mendustakan[2] dan enggan (menerima kebenaran).

57. Fir'aun berkata, "Apakah engkau datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami[3] dengan sihirmu, wahai Musa[4]?

58. Maka kami pun pasti akan mendatangkan sihir semacam itu kepadamu[5], maka buatlah suatu perjanjian untuk pertemuan antara kami dan engkau yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula) engkau, di suatu tempat yang terbuka.”

59. Musa berkata, "(Perjanjian) waktu untuk (pertemuan kami dengan kamu itu) ialah pada hari raya[6] dan hendaklah orang-orang[7] dikumpulkan pada pagi hari (duha)[8].”

60. Maka Fir'aun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya[9], kemudian dia datang kembali pada hari yang ditentukan[10].

61. [11]Musa berkata kepada mereka[12], "Celakalah kamu! Janganlah kamu mengada-adakan kebohongan terhadap Allah[13], nanti Dia membinasakan kamu dengan azab.” Dan sungguh rugi orang yang mengada-adakan kebohongan[14].

62. [15]Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka[16] dan mereka merahasiakan percakapan (mereka).

63. Mereka (para pesihir) berkata[17], "Sesungguhnya dua orang ini adalah pesihir yang hendak mengusirmu (Fir’aun) dari negerimu dengan sihir mereka berdua, dan hendak melenyapkan adat kebiasaanmu yang utama[18].

64. Maka kumpulkanlah segala tipu daya (sihir) kamu, kemudian datanglah dengan berbaris[19], dan sungguh beruntung orang yang menang pada hari ini[20].”

65. (Setelah mereka berkumpul) mereka berkata, "Wahai Musa! Apakah engkau yang melemparkan (dahulu) atau kami yang lebih dahulu melemparkan?"

66. Dia (Musa) berkata, "Silahkan kamu melemparkan!” Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka terbayang olehnya (Musa) seakan-akan ia merayap cepat, karena sihir mereka.  

67. Maka Musa merasa takut dalam hatinya.

68. Kami berkata[21], "Jangan takut! Sungguh, engkaulah yang unggul (menang).

69. Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu[22], niscaya ia akan menelan apa yang mereka buat. Apa yang mereka buat itu hanyalah tipu daya pesihir (belaka)[23]. Dan tidak akan menang pesihir itu, dari mana pun ia datang[24].”
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tafsir Thaha Ayat 56-76

[1] Tanda-tanda tersebut menunjukkan kenabian Musa ‘alaihis salam. Allah memperlihatkan sembilan tanda kepada Fir’aun sebagaimana di surah Al Isra': 101. Pada pertemuan pertama antara Nabi Musa ‘alaihis salam dengan Fir'aun, yang diperlihatkan hanya dua, yaitu tongkat Nabi Musa ‘alaihis salam menjadi ular dan tangannya menjadi putih cemerlang. Di ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan, bahwa Dia telah menunjukkan kepada Fir’aun ayat-ayat-Nya, sesuatu yang dapat diambil ibrah (pelajaran) dan berbagai bukti, akan tetapi Fir’aun mendustakan dan berpaling, menjadikan yang hak sebagai yang batil, dan yang batil sebagai yang hak serta membantah kebenaran dengan kebatilan untuk menyesatkan manusia.

[2] Yakni mendustakan ayat-ayat itu dan menganggapnya sebagai sihir.

[3] Yaitu Mesir, sehingga kerajaan beralih untukmu.

[4] Ucapan Fir’aun ini adalah untuk mengelabui rakyatnya, agar ia mendapat dukungan kuat dari mereka sehingga Musa dimusuhi dan dibenci oleh semua rakyatnya.

[5] Untuk menandinginya.

[6] Di mana ketika itu mereka berhias dan berkumpul serta berlibur dari kesibukan mereka.

[7] Yakni penduduk Mesir.

[8] Untuk menyaksikan apa yang akan terjadi.

[9] Yang ia sanggupi, dan ia mengirimkan orang yang akan mengumpulkan para penyihir yang ahli di berbagai kota. Ketika itu, sihir sedang marak dan ilmu sihir disukai oleh manusia, maka terkumpullah para penyihir dalam jumlah banyak dan mereka pun hadir pada hari yang ditentukan. Pada hari itu, lapangan penuh dihadiri oleh kaum laki-laki dan wanita, para pembesar dan orang-orang terhormat, orang-orang awam, orang dewasa dan anak-anak.

[10] Setelah Fir'aun mengatur tipu dayanya, maka Fir'aun bersama pengikut-pengikutnya datang ke tempat yang ditentukan itu.

[11] Ketika mereka semua berkumpul dari berbagai negeri untuk menyaksikan pertunjukan itu, maka Nabi Musa 'alaihis salam menasehati seperti yang disebutkan dalam ayat di atas dan menegakkan hujjah atas mereka.

[12] Yakni kepada para tukang sihir.

[13] Bisa maksudnya mengadakan sekutu bagi Allah, atau maksudnya membayangkan kepada manusia bahwa kalian dapat merubah sesuatu padahal sesungguhnya tidak, sehingga kamu sama saja berdusta terhadap Allah, atau maksudnya adalah, jangan menolong kebatilan dengan sihirmu untuk mengalahkan yang benar dan kamu sama saja berdusta terhadap Allah, sehingga Dia akan membinasakan kamu dengan azab dari sisi-Nya.

[14] Yakni harapanmu agar dapat menang dan memperoleh kedudukan di hadapan Fir’aun tidak akan kamu peroleh dan kamu pun tidak mendapatkan keselamatan dari azab Allah, sehingga kamu merugi di dunia dan akhirat.

[15] Perkataan yang hak biasanya ada bekas di hati. Oleh karena itulah, ketika Musa ‘alaihis salam mengucapkan kata-kata di atas, para pesihir menjadi bingung dan ketika itulah mereka berbisik-bisik, lalu mereka sepakat terhadap suatu tindakan, yaitu seperti yang disebutkan pada ayat selanjutnya.

[16] Tentang Musa dan Harun ‘alaihimas salam, apakah mereka di atas kebenaran atau tidak? Sebagian mereka berkata, “Ini bukanlah perkataan pesihir, tetapi perkataan seorang nabi.” Yang lain mengatakan, “Bahkan dia penyihir.” Ada pula yang berpendapat lain tentang apa yang diucapkan sebagian pesihir, wallahu a’lam.

[17] Mereka saling mendorong antara sesama mereka dengan kata-kata yang isinya sama seperti yang diucapkan oleh Fir’aun sebelum ini.

[18] Maksudnya, kedatangan Musa ‘alaihis salam dan Harun ‘alaihis salam ke Mesir itu adalah untuk menggantikan kamu sebagai penguasa di Mesir. Sebagian ahli tafsir mengartikan thariqah di sini dengan keyakinan (agama).

[19] Agar kamu lebih kuat berbuat dan lebih ditakuti.

[20] Maksud hari ini ialah hari berlangsungnya pertandingan.

[21] Untuk menguatkan dan menenangkan.

[22] Yakni tongkatnya.

[23] Yang hendak mengelabui manusia semata dan membayangkan seakan-akan benar.

[24] Dengan membawa sihirnya. Lalu Musa melempar tongkatnya, maka tongkatnya pun berubah menjadi ular dan menelan semua buatan para pesihir. Ketika itu, para pesihir mengetahui dengan yakin, bahwa apa yang dibawa Musa bukanlah sihir, bahkan berasal dari Allah, maka mereka pun segera beriman.

(sumber: http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-thaha-ayat-56-76.html)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar