Selasa, 21 Juni 2016

Embara bulan Ramadhan 1437 H #12 : QS. Al-Ankabut (Laba-Laba)

Surah Al-Ankabut (Laba-Laba): Surah ke-29. 69 ayat. Makkiyah
Terjemah Surah Al-Ankabut Ayat 1-7
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-7: Kehidupan dunia adalah tempat ujian, hikmah adanya ujian, dan bahwa balasan disesuaikan jenis amalan.

1. Alif laam miim.

2. [1]Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji[2]?

3. Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.

4. Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan[3] itu mengira bahwa mereka akan luput (dari azab) kami[4]? Sangatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu[5]!

5. [6]Barang siapa mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah pasti datang[7]. Dan Dia Yang Maha Mendengar[8] lagi Maha Mengetahui[9].

6. Dan barang siapa berjihad[10], maka sesungguhnya jihadnya itu untuk dirinya sendiri[11]. Sungguh, Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam[12].

7. [13]Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, pasti akan Kami hapus kesalahan-kesalahannya[14] dan mereka pasti akan Kami beri balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan[15].

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tafsir Surah Al-Ankabut Ayat 1-7
 
[1] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan tentang sempurnanya hikmah-Nya. Hikmah-Nya tidak menghendaki bahwa setiap orang yang mengaku mukmin tetap dalam keadaan aman dari fitnah dan ujian serta tida datang kepada mereka sesuatu yang menggoyang iman mereka. Yang demikian adalah karena jika tidak demikian, maka tidak dapat dibedakan antara orang yang benar-benar beriman dengan yang tidak (yakni berdusta) dan tidak dapat dibedakan antara orang yang benar dengan orang yang salah. Akan tetapi Sunnah-Nya dan kebiasaan-Nya terhadap generasi terdahulu sampai pada umat ini adalah bahwa Dia akan menguji mereka.

Barang siapa yang ketika fitnah syubhat (kesamaran) datang, imannya tetap kokoh dan dapat menolak dengan kebenaran yang dipegangnya. Dan ketika fitnah syahwat datang yang mengajaknya berbuat dosa dan maksiat atau memalingkan dari perintah Allah dan Rasul-Nya, ia bersabar dalam arti mengerjakan konsekwensi iman dan melawan hawa nafsunya, hal ini menunjukkan kebenaran imannya. Akan tetapi barang siapa yang ketika syubhat datang, ada pengaruh dalam hatinya berupa keraguan dan kebimbangan dan ketika syahwat datang, membuatnya mengerjakan maksiat atau berpaling dari kewajiban, maka yang demikian menunjukkan tidak benar keimanannya. Manusia dalam hal ini berbeda-beda tingkatannya, tidak ada yang mengetahuinya selain Allah. Oleh karena itu, kita meminta kepada Allah agar Dia menguatkan kita dengan ucapan yang teguh (Laailaahaillallah) di dunia dan akhirat dan mengokohkan kita di atas agamanya. Ujian dan cobaan ibarat kir (alat peniup api untuk besi) yang mengeluarkan kotorannya.

[2] Agar diketahui hakikat keimanan mereka.

[3] Yaitu syirk dan kemaksiatan.

[4] Yakni, apakah orang-orang yang perhatiannya mengerjakan keburukan mengira bahwa amal mereka akan dibiarkan, dan bahwa Allah lalai terhadap mereka atau mereka dapat lolos dari-Nya sehingga mereka berani mengerjakan keburukan dan mudah melakukannya.

[5] Ketetapan itu adalah ketetapan yang tidak adil, di samping itu di dalamnya mengandung pengingkaran kepada kekuasaan Allah dan hikmah-Nya, dan seakan-akan mereka memiliki kemampuan untuk menolak azab Allah, padahal mereka adalah makhluk yang lemah.

[6] Yakni, wahai orang yang mencintai Tuhannya, yang rindu bertemu dan dekat dengan-Nya, yang segera mendatangi keridhaan-Nya, bergembiralah karena dekatnya pertemuan dengan kekasih, karena pertemuan itu akan datang, dan semua yang datang adalah dekat, oleh karena itu persiapkanlah bekal untuk bertemu dengan-Nya dan berjalanlah ke arahnya sambil berharap sampai kepada-Nya. Akan tetapi, tidak semua yang mengaku lalu diberikan dan tidak semua yang berangan-angan lalu disampaikan, karena Allah Maha Mendengar semua suara dan Maha Mengetahui niat seorang hamba. Jika ia benar dalam hal itu, maka ia akan mendapatkan keinginannya, sebaliknya jika ia dusta, maka pengakuannya tidaklah bermanfaat, dan Dia mengetahui siapa yang cocok memperoleh kecintaan-Nya dan siapa yang tidak.

[7] Oleh karena itu, bersiaplah untuk menghadapinya.

[8] Ucapan semua hamba.

[9] Amal dan hati mereka.

[10] Jihad melawan orang kafir atau jihad melawan hawa nafsu dan setan.

[11] Yakni manfaatnya untuk dirinya sendiri, tidak untuk Allah.

[12] Baik manusia, jin maupun malaikat, dan Dia tidak butuh ibadah mereka. Dia tidaklah memerintah mereka agar Dia memperoleh manfaat dari mereka, dan tidak pula melarang mereka karena kikir kepada mereka. Sudah menjadi maklum, bahwa perintah dan larangan butuh adanya jihad (kesungguhan), karena jiwa seseorang pada tabiatnya berat melakukan kebaikan, setan juga menghalanginya, demikian pula orang kafir sama menghalanginya dari menegakkan agama-Nya, semua ini adalah penghalang yang butuh dijihadi dan dilawan dengan kesungguhan.

[13] Orang-orang yang dianugerahi Allah iman dan amal saleh, akan Allah hapus kesalahan mereka, karena kebaikan menghapuskan keburukan.

[14] Dengan amal salehnya.

[15] Yakni amal-amal baik yang mereka kerjakan, yang wajib maupun yang sunat.

(sumber: http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-al-ankabut-ayat-1-13.html)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar