Kamis, 16 Juni 2016

Hikmah Embara Ramadhan 1437 H #5 : QS. Al-Hajj

Mungkin orang beranggapan Surah Al-Hajj berisi tentang segala yang berkaitan dengan ibadah haji, benarkah? Karena awalnya saya juga berpikiran demikian, maka untuk lebih jelas silakan baca terjemahan dan tafsir QS.Al-Hajj yaa (cek terj.1 dan terj.2)

Melalui Surah Al-Hajj saya akan menuliskan tentang hikmah syukur versus kufur.(Lihat ayat 35-41 dan ayat 63-66). Menurut KBBI, kufur artinya tidak percaya kepada Allah dan Rasul-Nya; kafir; ingkar; dan tidak pandai bersyukur. Dan menurut KBBI, syukur adalah rasa terima kasih kepada Allah (perasaan lega, senang, dan sebagainya).

Perhatikanlah sekitar, atau tidak perlu jauh-jauh, perhatikanlah diri kamu sendiri. Apa yang kamu miliki? Lalu setelahnya, lihatlah, apa yang dimiliki orang lain? Apakah kamu menyebutkan perihal materi saat saya ajukan pertanyaan pertama? Apakah kamu menjawab pertanyaan kedua dengan jawaban merendahkan diri lalu membandingkan dengan orang lain yang di atasmu baik secara materi, kedudukan dan lainnya?
Manusiawi. Itu sifat manusia pada umumnya, manusia mayoritas.
Ayo kita berubah menjadi manusia minoritas, yang memiliki jawaban serta perilaku berkebalikan dengan jawaban di atas.
Apa maksudnya manusia minoritas?

Manusia atau masyarakat mayoritas seperti contoh di atas adalah cermin para hambaNya yang kufur nikmat, yang tidak berterimakasih atau tidak bersyukur atas segala nikmat dan pemberian Allah swt. Itu terlihat saat menjawab pertanyaan pertama,"Apa yang kamu miliki?". Kebanyakan mereka akan menjawab dari sudut pandang materi atau duniawi, mungkin jawaban mereka antara lain, ada yang menjawab punya motor atau mobil atau rumah atau gadget terbaru atau barang elektronik atau hal duniawi lainnya. Adakah terpikir hal lainnya? Nanti akan saya jawab.

Untuk jawaban kedua,"Lalu setelahnya, lihatlah, apa yang dimiliki orang lain?". Bisa dipastikan mereka akan menjawab dengan pernyataan perbanding. Semisal, "Ah saya mah gak ada apa-apanya dibanding si A, dia kan anak orang kaya jadi punya ini itu blabla sedangkan saya orang biasa jadi cuma punya ini" dan jawaban lainnya. Yap, terlihat sekali tidak bersyukur karena mengeluh dan membandingkan dengan nikmat milik orang lain.
Begitukah seharusnya kalian menjawab? Dengan melihat 'ke atas' lalu membandingkan  dalam hal duniawi (lagi).Nanti saya akan menjawabnya juga.

Sebelumnya saya mau klarifikasi sekaligus meminta maaf jika ada salah dan prasangka negatif yang timbul.Masyarakat mayoritas dan minoritas hanyalah definisi saya pribadi bukan mengacu pada siapapun.

Mari saya jawab dan jabarkan.

Pertanyaan pertama,"Apa yang kamu miliki?"
Sebagai masyarakat minoritas mereka akan menjawab dengan penuh syukur serta bijak. Bersyukur atas segala nikmat dalam diri mereka yang diberikan Yang Di Atas. Bersyukur lahir lengkap tanpa cacat. Bersyukur jantung masih berdetak dan masih dapat bernafas. Bersyukur terlahir di keluarga yanng komplit dan harmonis. Bersyukur memiliki kehidupan pribadi dan sosial yang baik. Bersyukur memiliki teman juga tetangga yang ramah. Dan wujud ke-syukur-an lainnya, dari hal kecil (yang dipandang remeh oleh masyarakat mayoritas) hingga hal besar yang nampak (hal duniawi yang menjadi hal nomor satu bagi masyarakat mayoritas). Sederhanakan bukan?
Memang begitulah seharusnya hidup. Sederhana. Kemudian bersyukur akan hal sederhana tersebut dan BERBAHAGIA.

Pertanyaan kedua, "Lalu setelahnya, lihatlah, apa yang dimiliki orang lain?"
Minoritas akan menjawab dengan jawaban sederhana. Mereka melihat banyak hal di mana mereka merasa sangat amat beruntung. Memang, di luar sana banyak orang-orang 'di atas mereka' secara materi atau duniawi dan lainnya jika dibanding kita. Tapi, banyak orang lain juga di luar sana yang kurang beruntung dibanding kita. Masih banyak yang bingung mau makan apa mereka hari ini. Masih banyak yang bingung mau tidur di mana malam ini. Masih banyak yang melakukan perawatan di rumah sakit untuk mengobati penyakit mereka. Masih banyak yang berjuang untuk hidup dalam keterbatannya (dalam hal -maaf- cacat fisik juga mental). Masih banyak yang berjuang untuk melunasi hutang mereka. Masih banyak yang berjuang dalam banyak hal sebab kekurangan mereka jika dibanding dengan yang kita miliki. Bagi minoritas, mereka akan memilih memandang 'ke bawah' untuk melihat apa yang dimiliki orang lain, ketimbang harus melihat 'ke atas' karena tidak akan ada ujungnya juga berakibat pada kelelahan pikiran dan hati.
Kunci utama bagi minoritas adalah bersyukur, berterima kasih atas segala nikmat Tuhan.

Hematnya, marilah kita senantiasa mengucap syukur atas segala nikmat Allah swt meskipun hal itu kecil. Melihatlah selalu 'ke bawah' dalam hal duniawi, dan boleh saja melihat 'ke atas' untuk urusan surgawi atau berlomba-lomba dalam kebaikan. Ungkapan ngawurnya, jangan pernah mempermasalahkan jerawat atau noda kecil di wajah kita, tapi bersyukurlah sebab memiliki dua mata yang bisa melihat, satu hidung yang bisa menghirup dan hal lainnya. Bersyukurlah atas apa yang kita miliki.
Dan wujudkan rasa syukur itu, senantiasa lah menjalankan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya. Seperti potongan ayat QS.Al-Hajj
". . . (yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah hati mereka bergetar[21], orang yang sabar atas apa yang menimpa mereka[22], dan orang yang melaksanakan shalat[23] dan orang yang menginfakkan sebagian[24] rezeki yang Kami karuniakan kepada mereka[25]." (QS.Al-Hajj:35)

" . . .mereka mendirikan shalat[50], menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf[51] dan mencegah dari yang mungkar[52]; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan[53]." (QS.Al-Hajj:41)


Yuk teman mari kita belajar berproses menjadi manusia dan masyarakat minoritas, yang senantiasa bersyukur dan bukannya kufur atas segala nikmatNya.
Agar hidup kita BAHAGIA dan BERKAH.

Jangan lupa bersyukur dan bahagia yaa teman!
Ditulis oleh Annisa Cahyaningtyas di Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar