Jumat, 10 Juni 2016

Hikmah Embara Ramadhan 1437 H #3 : QS. Thaha

Thaha, hikmah yang akan saya sorot tentang perasaan takut. (untuk lebih jelas silakan baca terjemahan dan tafsir QS.Thaha) (cek terj.1 dan terj.2)

Dalam surah ini, kita dipaparkan kisah Nabi Musa dan Nabi Harun yang diperintahkan Allah untuk menegur atau dengan bahasa sopan mengajak Fir'aun kembali ke jalan lurus. Namun, apakah kalian menyadarinya? Di awal perintah tersebut, Nabi Musa dan Nabi Harun terbesit rasa khawatir dan takut. Para nabi merasa takut? Sepertinya mustahil, namun demikian adanya. (Lihat ayat 45-46 dan ayat 67-68)

Mereka memang Nabi atau manusia terpilih tetapi mereka tetaplah manusia, yang pasti memiliki rasa khawatir dan takut, manusiawi. Tapi mereka tak hilang akal. Saat rasa takut dan khawatir menyergap, mereka selalu ingat Allah, mereka akan meminta perlindungan hanya pada Allah atas segala halnya untuk selalu dikuatkan.

Lalu bagaimana dengan kita, terkhusus pada diri saya sendiri?
Apa yang akan dilakukan saat merasa takut juga khawatir terhadap masalah-masalah hidup, yang jika dibandingkan dengan kekhawatiran para Nabi itu hanya masalah sepele.

Jujur, saat rasa takut dan khawatir menyergap, saya akan bingung mungkin parahnya terpuruk dan putus asa karena tidak mendapat jawaban atau jalan keluar. Apalah saya ini, yang ilmu agamanya masih cetek, yang masih labil, dan masih kurang lainnya. Lalu, apa yang didapat dari keterpurukan itu? Tidak ada atau NOL BESAR!

Atau contoh nyata dalam kehidupan kita. Semisal, ada anak yang sedang memiliki masalah keluarga yaitu kedua orang tuanya akan bercerai. Lalu si anak ketakutan, si anak khawatir, si anak bimbang, si anak bingung. Sebab tidak ada satupun anak di dunia yang ingin kedua orang tuanya berpisah, mereka pasti menginginkan keluarga yang utuh, harmonis, bahagia, dan sejahtera. Tapi takdir lain berlaku pada si anak. Kedua orangtuanya berpisah. Karena si anak tidak memiliki pegangan dan tempat tujuan mengadu (padahal Allah selalu ada), si anak kabur dari rumah, pernah mencoba bunuh diri tapi kuasa Allah hal itu digagalkan, pernah mencoba hal-hal negatif lainnya tapi Allah sayang padanya dan semuanya pun gagal.

Allahu Akbar, Allah Maha Besar.
Singkat cerita, kasih Allah menghampirinya. Si anak berubah, belajar untuk berhijrah ke jalanNya. Menerima keadaan baru keluarganya dengan lapang dan ikhlas. Dan begitulah seharusnya kita, terkhusus diri saya ini, bila mengalami ketakutan-kebimbangan-kebingungan-kekhawatiran- dan perasaan tidak nyaman lainnya atas segala masalah kita di dunia, serahkan pada Allah.

Rasa takut-bimbang-bingung-gelisah-khawatir itu lumrah juga manusiawi, tapi menyikapinya lah yang harus diubah. Ada Allah, dan akan selalu ada Allah untuk segala kondisi kita.

Bersujudlah padaNya, bersimpuhlah padaNya, bermunajatlah padaNya, berceritalah segalanya padaNya, keluarkan segalanya hanya padaNya. Karena sebaik-baik tempat mengadu hanya pada Allah. 

Ditulis oleh Annisa Cahyaningtyas di Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar