Jumat, 10 Juni 2016

Hikmah Embara Ramadhan 1437 H #4 : QS.Al Anbiya

QS.Al Anbiya, menceritakan kisah-kisah para Nabi kita tercinta, kisah Nabi Muhammad, kisah Nabi Ibrahim, kisah Nabi Sulaiman, kisah Nabi Dawud, kisah Nabi Nuh, kisah Nabi Luth, kisah Nabi Ayyub, kisah Nabi Zakariya, kisah Nabi Yahya, kisah Nabi Yunus, kisah Nabi Isa, kisah Nabi Harun, kisah Nabi Musa (untuk lebih jelas silakan baca terjemahan dan tafsir QS.Al Anbiya) (cek terj.1 dan terj.2)

Saya akan menulis hikmah menghargai proses.(Lihat ayat 16 dan ayat 92-94)
Allah berfirman bahwa diciptakannya langit dan bumi dan segala isinya adalah berguna sebab tidak main-main diciptakan. Dan Allah tidak pernah mengingkari atau menyia-nyiakan usaha dalam beramal shaleh oleh umatnya yang beriman, bahkan tidak sedikitpun.Namun, syaratnya satu, kita beriman padaNya. Agama Islam itu agama tauhid, agama yang satu, dan Allah adalah Tuhan kita, maka wajib kita sembah.

Sejatinya, memang begitulah seharusnya hidup dijalani. Menghargai segala proses bukan hanya tertuju pada hasil. Tapi jangan lupa, proses dan hasil yang dimaksud khusus dalam hal beramal shaleh atau dalam hal kebajikan.

Banyak orang lupa bahkan diri saya sendiri lupa akan hal itu dan hanya terfokus pada hasil, sedangkan proses terlupakan begitu saja. Padahal melalui proses kita mendapat banyak hal, mendapat pelajaran, mendapat sesuatu.Dan itu berguna dan bermanfaat untuk kita.

Semisal, ada dua anak namanya Satu dan Dua. Mereka berdua sekelas dan sekarang duduk di bangku satu SD. Satu dan Dua sangat berkebalikan, Satu itu pintar namun pemalas sedangkan Dua itu pintar dan rajin. Saat masuk musim ujian, Dua sangat rajin untuk belajar, membaca materi, mengerjakan latihan-latihan soal dan hal lainnya yang menunjang saat ujian nanti. Sebaliknya, Satu meskipun pintar, tapi dia malas-malasan dan malah memilih jalan pintas untuk membuat kertas contekan. Dan hari ujian pun tiba, Satu dan Dua mengerjakan soal ujian dengan tenang, Dua mengerjakan dengan yakin sebab dia telah persiapan belajar dengan tekun. Sebaliknya, Satu bisa mengerjakan soal ujian sebab dia mencontek. Hari pengumuman hasil ujianpun tiba, Satu mendapat '95' sedangkan Dua mendapat nilai '96'. Dan Satu pun dielu-eukan, sedangkan Dua tetap dielukan tapi tidak lebih daripada Satu.

Apakah guru dan teman-teman mereka berdua tahu bahwa Satu memperoleh nilai tertinggi sebab berlaku curang alias mencontek? Apakah guru dan teman-teman mereka berdua tahu bahwa Dua yang belajar lebih giat? Apakah jika Satu ketahuan berlaku curang akan tetap dielu-elukan?

Tenang saja, Allah Maha Tahu. InsyaAllah derajat yang lebih baik dan mulia adalah Dua, sebab dia telah berproses dengan cara baik sedangkan Satu tidak.

Itulah masyarakat kita dalam menilai sesuatu ataupun seseorang (terkadang diri saya juga menilai demikian). Kita hanya menilai yang tampak melalui 'mata' bukan melalui ' mata hati'. Astagfirullah, Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung.

Sebagai tambahan.
Proses itu wajib sebab tidak ada yang instan. Bahkan kalau masuk surga saja, kita diharuskan mengamalkan hal baik dan atau berbuat kebaikan, itu proses juga kan. Mari kita ingat kembali kisah para Nabi (dijelaskan dalam QS.Al-Anbiya ini).
Hampir semua Nabi kita dihina-dicacimaki-dan hal hina lainnya hingga ajaran Allah diterima, ajaran Islam diterima oleh semua makhluk. Perbuatan dihina-dicacimaki dan lainnya itu adalah proses. Proses para Nabi dalam menyebarkan Islam, dalam berdakwah, hingga mereka menjadi manusia yang mulia.

Ingat kembali bagaimana Nabi Muhammad Saw dihina bahkan disebut sebagai penyihir sebab beliau menyebarkan ayat-ayat Al Qur'an yang disebut kaum Quraisy sebagai mantera, tapi beliau tidak marah-mengeluh-dan tetap menghargai proses hingga Islam diterima dan banyak yang berbondong-bondong masuk Islam.
Ingat kembali bagaimana Nabi Nuh yang ditolak oleh kaumnya sendiri sebab kaum tersebut ingkar terhadap ajaranNya, tapi beliau tidak marah-mengeluh-dan tetap menghargai proses dan Allah memerintahkan Nabi Nuh membuat bahtera besar yang mengangkut siapapun yang beriman pada Allah sedang Allah mendatangkan banjir besar yang melenyapkan kaum kafir yang ingkar tadi (sebagai azab)
Dan ingat kisah para Nabi lainnya, mereka tidak marah-mengeluh-dan tetap menghargai proses, sebab janji Allah yang akan memuliakan mereka.  
   
Mari, mulai sekarang ubahlah cara memandang itu. Hargailah prosesnya baru lihat dan hargai hasil akhirnya. Yuk berubah!

Ditulis oleh Annisa Cahyaningtyas di Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar